Tragedi
trisakti
Tragedi Trisakti adalah
peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun
dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta,Indonesia serta
puluhan lainnya luka. Enam mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, tewas
terkena peluru tajam yang ditembakkan aparat keamanan sewaktu terjadi aksi
keprihatinan ribuan mahasiswa yang berlangsung di kampus Universitas Trisakti,
Grogol, Jakarta Barat, Selasa (12/5). Mereka tewas tertembak di dalam kampus,
terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan dada.
Keenam mahasiswa itu tertembak sewaktu berada di dalam kampus oleh berondongan
peluru yang diduga ditembakkan oleh aparat yang berada di jalan layang Grogol
(Grogol fly over).
Puluhan mahasiswa lainnya menderita luka-luka berat dan ringan.Nama
para korban adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur, angkatan 1996),
Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi, angkatan 96), Heri Heriyanto (Fakultas Teknik
Industri Jurusan Mesin, angkatan 95) luka tembak di punggung, Hendriawan
(Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, angkatan 96) luka tembak di pinggang, Vero
(Fakultas Ekonomi, angkatan 96), dan Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil,
angkatan 95) luka tembak di kepala.
13 Tahun Reformasi Berlalu,
Kasus Trisakti Belum Tuntas
Tiga belas tahun sudah peristiwa Trisakti
berlalu. Bangsa Indonesia, tentu takkan melupakan peristiwa kelam itu. Empat
mahasiswa tewas terkena tembakan.
Ya, pada Kamis (12/5) kemarin, memperingati peristiwa berdarah itu,
para mahasiswa Trisakti Jakarta, bersama keluarga keempat mahasiswa yang
menjadi korban, melakukan tabur bunga. Mereka minta Kapolri Jenderal Polisi
Timur Pradopo, yang saat peristiwa itu menjabat Kapolres Jakarta Barat, juga
tak melupakan peristiwa ini.
Diiringi lagu Gugur Bunga puluhan mahasiswa Universitas Trisakti
Kamis pagi melakukan napak tilas mengenang tragedi Trisakti yang menewaskan 4
mahasiswa Trisakti tahun 1998 dilingkungan kampus Trisakti di Jalan S Parman
Grogol, Jakarta Barat. Mereka mengusung foto keempat mahasiswa Trisakti yang
menjadi korban tragedi 1998 yaitu Elang Surya Lesmana, Hafidin Royan,
Hendriawan Sie dan Herry Hartanto.
“Jangan sampai jadi bangsa pelupa, bangsa amnesia. Masa lalu harus
diselesaikan untuk membangun masa depan dan perubahan,” kata Presiden Mahasiswa
STP Trisakti, Martani, dalam orasinya di sela-sela demo di depan Istana
Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Kamis (12/5).Dalam aksinya, mereka membawa 5
keranda hitam sebagai simbol kematian mahasiswa dalam proses suksesi nasional
13 tahun lalu. Mereka juga membentangkan spanduk besar bertuliskan ‘Usut Tuntas
Tragedi Trisakti’.
Sementara itu, Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim menyatakan pihaknya
telah menyerahkan laporan penyelidikan kasus itu sejak 6 Januari 2005 kepada
Kejaksaan Agung. Namun, selama enam tahun itu, baik korban maupun keluarga
korban tidak mendapatkan titik terang penyelesaian kasus itu.
“Kami ingin ingatkan kembali tanggung jawab pemerintah atas kasus
ini. Sudah enam tahun itu diajukan dan sudah 13 tahun juga para korban dan
keluarga menunggu. Enam tahun bukan berarti tidak ada komunikasi Komnas HAM
dengan Kejaksaan Agung. Kemandekan kasus ini sudah pernah difasilitasi oleh
Komisi III DPR antara Komnas HAM dan Kejaksaan Agung, tapi fasilitas dialog,
tidak menghasilkan satu kemajuan yang berarti,” tutur Ifdal Khasim di Kantor
Komnas HAM, Jakarta Pusat.
Kronologi Insiden Berdarah di Universitas Trisakti 12 Mei 1998
Pukul 11.00 – 13.00: Aksi
Damai ribuan mahasiswa di dalam kampus.
Pukul 13.00 : Mahasiswa ke luar ke Jalan S Parman dan hendak menuju ke DPR.
Pukul 13.15 : Dicapai
kesepakatan antara petugas dan mahasiswa, bahwa mahasiswa tidak boleh
melanjutkan perjalanan. Tawaran petugas diterima baik. Mahasiswa melanjutkan
aksi di depan bekas Kantor Wali Kota Jakbar.
Pukul 13.30-17.00 : Aksi
Damai Mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi
tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa.
Pukul 16.30: Polisi memasang police line. Mahasiswa berjarak
sekitar 15 meter dari garis tersebut.
Pukul 17.00: Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar
kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus dengan tenang.
Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu.
Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan
rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan
diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat itu hujan turun dengan
deras.
Pukul 17.15: Tiba-tiba
ada tembakan dari arah belakang barisan mahasiswa. Mahasiswa lari menyelamatkan
diri ke dalam gedung-gedung di kampus. Aparat terus menembaki dari luar.
Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.
Pukul 17.15-23.00: Situasi
di kampus tegang. Para korban dirawat di beberapa tempat. Enam mahasiswa
Trisakti tewas. Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa
pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM datang ke lokasi.
13 Mei 1998 :
Pukul 01.30: Jumpa
pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Hadir
dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda
Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Usakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua
anggota Komnas, HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.
Posting Komentar